SOLID BERJANGKA - Harga Minyak Sawit Naik, Persediaan Sedikit
SOLID BERJANGKA JAKARTA - Cina menjadi pengimpor besar untuk minyak sawit di 2019 dan akan berlanjut di 2020. Setelah musim dingin ini di 2020 kemungkinan Cina tidak mengimpor biodiesel dari minyak sawit karena harga mahal.
Walaupun demikian minyak sawit akan dikembangkan karena pengganti minyak nabati lain dan permintaan industry.
India sebagai konsumen paling besar sudah menargetkan impor sebesar 16.3 juta ton minyak nabati pada 2019/2020, dimulai 1 November dibanding pengiriman 15.6 juta ton pada tahun lalu.
Impor minyak sawit sebesar 9.9 juta ton, naik dari 9.5 juta ton di tahun sebelumnya
Analisa tehnikal untuk minyak sawit support pertama di 2,400 ringgit dan berikut ke 2,380 ringgit sedangkan resistant pertama di 2,560 ringgit dan berikut ke 2,580 ringgit.
Harga minyak sawit kembali naik karena produksi minyak sawit berkurang sedangkan permintaan minyak sawit banyak membuat persediaan sedikit
Harga minyak sawit Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 39 ringgit (1.55%) menjadi 2,554 ringgit ($613.35) per ton.
Produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia tidak berubah tahun depan, karena cuaca kerin dan pupuk yang sedikit diberikan.
Produksi Indonesia naik 1 juta ton menjadi 44 juta ton tahun depan, sedangkan Malaysia turun 1 juta menjadi 19.3 juta ton.
Penggunaan pupuk dikurangi bahkan tidak diberikan pupuk pada 6 bulan pertama 2019 ditambah dengan udara kering dan area perkebunan yang berkurang merupakan kombinasi yang membuat kenaikan produksi minyak sawit Indonesia hanya 1 juta ton.
Sejak bulan Maret 2020 persediaan minyak nabati dunia sedikit sehingga harga minyak sawit terlihat bullish.
Harga diperkirakan diatas 2,700 ringgit (USD651.70) per ton pada bulan Maret tahun depan karena produksi sedikit, tingginya permintaan dari Cina dan India dan juga peningkatan permintaan biofuel dari Malaysia dan Indonesia.
Untuk Indonesia target penggunaan 30 % minyak sawit atau B30 pada Januari 2020 membuat tambahan 2.5 juta ton CPO.
Di Cina kegiatan penggilingan kedelai dan import minyak nabati diperkirakan turun sehingga minyak sawit memiliki kesempatan yang besar.
SOLID BERJANGKA
Sumber : Vibiznews
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar