9.03.2025

PT Solid Gold | Emas Turun Tipis, Mata Tertuju ke Data AS

 

Harga Emas hari ini - Harga emas turun tipis pada perdagangan Asia Rabu(3/9) pagi, setelah sehari sebelumnya sempat menyentuh rekor tertinggi baru. Para analis dari ANZ Research menulis, investor semakin khawatir dengan arah kebijakan moneter AS, terutama setelah pemerintahan Trump berupaya merombak dewan gubernur The Fed dengan kandidat yang lebih sejalan dengan agenda Presiden.

Saat ini, perhatian pasar tertuju pada rilis data tenaga kerja non-pertanian (nonfarm payrolls) AS untuk Agustus yang akan diumumkan Jumat mendatang. Data ini diperkirakan akan sangat memengaruhi arah kebijakan suku bunga The Fed. Menurut analis pasar Frank Walbaum dari Naga, jika data tenaga kerja melemah, aset tanpa imbal hasil seperti emas bisa mendapat keuntungan tambahan.

Pada sesi pagi, harga emas spot tercatat melemah 0,1% ke level US$3.529,40 per ons troy. Meski sedikit terkoreksi, tren emas tetap berada di dekat level tertinggi sepanjang masa, menegaskan daya tariknya sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian kebijakan moneter AS. - PT Solid Gold

Sumber: Newsmaker.id

9.02.2025

Solid Gold | WTI Turun Tajam, Pasar Khawatir Permintaan Melemah

 

Harga Emas hari ini - West Texas Intermediate (WTI), patokan minyak mentah AS, diperdagangkan sekitar $64,50 pada jam perdagangan awal Asia hari Selasa(2/9). WTI mengalami penurunan seiring kekhawatiran atas permintaan global yang melemah setelah Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif 25% yang sudah ada pada ekspor India. Para pedagang bersiap menyambut data mingguan stok minyak mentah dari American Petroleum Institute (API) yang akan dirilis hari Selasa.

Keputusan pemerintahan Trump untuk memberlakukan tarif tinggi pada impor India mulai berlaku, memicu kekhawatiran perlambatan perdagangan dan melemahnya permintaan global, yang menekan harga WTI. Pemerintah Trump menggandakan tarif impor India menjadi 50%, dengan alasan India menolak berhenti membeli minyak mentah Rusia dan perangkat pertahanan.

Pada hari Senin, Trump mengkritik tarif dan hubungan perdagangan antara AS dan India, mengatakan hubungan tersebut sangat berat sebelah selama beberapa dekade. Pernyataan ini muncul setelah Perdana Menteri India Narendra Modi memperkuat hubungan dengan China dan Rusia di tengah memburuknya hubungan dengan AS.

Namun, kekhawatiran bahwa serangan udara yang semakin intensif di Rusia dan Ukraina bisa menyebabkan gangguan pasokan mungkin membatasi penurunan harga WTI. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada hari Minggu berjanji akan membalas serangan drone Rusia pada fasilitas listrik di utara dan selatan negaranya serta memerintahkan serangan lebih dalam ke wilayah Rusia, menurut Reuters. Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan sanksi tambahan kepada Rusia jika tidak ada kemajuan dalam pembicaraan perdamaian dengan Ukraina.

Selain itu, meningkatnya prediksi pemotongan suku bunga Federal Reserve (Fed) bulan ini bisa menekan nilai Dolar AS (USD) dan mendukung harga komoditas yang dinyatakan dalam USD. Para pedagang kini memperkirakan hampir 89% kemungkinan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) oleh Fed pada pertemuan kebijakan bulan September, naik dari peluang 85% sebelum data PCE AS dirilis, menurut alat CME FedWatch. -  Solid Gold

Sumber: Newsmaker.id

9.01.2025

PT Solid | Minyak Brent Loyo, Damai Ukraina di Depan Mata

 

Harga Emas hari ini - Futures minyak Brent turun 0,7% dan ditutup pada $68,1 per barel pada hari Jumat, karena para pelaku pasar mempertimbangkan lemahnya permintaan di AS serta kemungkinan adanya gencatan senjata di Ukraina.

Fokus pasar juga tertuju pada pertemuan OPEC+ minggu depan, dengan percepatan peningkatan produksi dari kelompok tersebut yang meningkatkan prospek pasokan global.

Namun, peningkatan pasokan ini belum sepenuhnya masuk ke pasar AS, di mana musim mengemudi musim panas akan segera berakhir, memicu kekhawatiran terhadap permintaan.

Harga minyak sempat naik awal pekan ini setelah serangan Ukraina terhadap terminal ekspor Rusia, tetapi laporan tentang potensi pembicaraan gencatan senjata meredakan sebagian tekanan tersebut.

Persediaan minyak mentah AS menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan, mengindikasikan adanya permintaan yang terus berlanjut di sektor industri dan transportasi barang.

Faktor geopolitik, termasuk keputusan India untuk terus membeli minyak Rusia meskipun mendapat ancaman tarif dari AS, tetap menjadi sorotan utama.

Meski terjadi penurunan pada hari Jumat, Brent mencatat kenaikan mingguan kedua berturut-turut, meskipun juga mencatat penurunan bulanan pertama dalam empat bulan terakhir. - PT Solid

Sumber: Newsmaker.id